 | |
| Logo Universitas Terbuka (Ilustrasi) |
Kota Bima, Tupa News . – Sebanyak 17 orang mahasiswa Universitas Terbuka (UT) Mataram Pokjar Kota Bima jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) merasa dirugikan oleh pihak pengelola UT yang berada di Bima. Pasalnya, para mahasiswa ini tidak bisa melanjutkan studinya pada semester kedua, karena belum bayar angsuran semester II hingga batas waktu yang sudah ditentukan hingga akhir Agustus 2020 kemarin. Sementara ke 17 orang mahasiswa asal Kota Bima dan Kabupaten Bima ini, sudah bayar secara cash maupun ditransfer kerekening pribadinya pengelola Pokjar Kota Bima AH (Inisial) pada akhir Juli hingga bulan Agustus lalu.
Sejumlah korban (Mahasiswa UT, red) saat jumpa pers dengan sejumlah awak media Senin (28/09/2020) pagi mengatakan, dikelas C sebanyak 23 mahasiswa dan kenapa hanya 17 orang yang di korbankan, sedangkan mahasiswa lainnya sebanyak 4 orang terkafer namanya untuk melanjutkan studinya di semester II. “4 orang ini bayarnya di atas batas tanggal yang di tentukan, kok bisa lolos namanya, sedangkan kami kuliahnya harus tertunda,” ujar salah satu mahasiswa inisial NN mewakili mahasiswa lainnya.
NN yang didampingi mahasiswa lainnya menambahkan, pembayaran biaya kuliah untuk menempuh semester itu senilai Rp. 2,8 Juta sudah di stor pihaknya pada pengelolah AH. Untuk mahasiswa yang berdomisili di Kota Bima stornya secara chas, sedangkan bagi yang berdomisili dari Kabupaten Bima stor via nomor rekening pribadi AH. “Dari sebagian mahasiswa 17 orang ini, kadang ada yang utang uang orang lain untuk menutupi sekaligus melunasi pembayaran biaya kuliah tersebut. Tapi alhasilnya, kuliah kami tertunda selama satu semester gara-gara oknum AH belum transfer ke rekening UT Mataram,” sesalnya.
Sementara itu pengelola UT Mataram Pokjar Kota Bima AH yang berhasil dimintai komentarnya via telepon selulernya Selasa (29/09/2020) siang membantah kalau dirinya belum transfer uang pembayaran kuliah ke kampus UT Mataram, cuman saat itu dirinya sudah menyetor secara berkelompok bagi 17 orang mahasiswa itu, sesuai billing (Pembayaran tagihan secara eletronik) masing-masing via rekening Bank Mandiri, menggunakan fasilitas internet bangking, cuman saat itu ada gangguan system, sehingga dirinya tidak memiliki bukti secara fisik dan tertulis baik foto rekening koran maupun sms bangkingnya. Beda dengan yang empat orang tersebut, dirinya stor setelah kelompok 17 orang itu, dan hasilnya keempat mahasiswa bisa terbayarkan setelah pembayaran menggunakan fasilitas internet bangking pula.
“Saya siap bertanggung jawabkan atas miss komunikasi tersebut, yang jelas dirinya sudah berkoordinasi dengan pihak UT Mataram sebelumnya, untuk ke 17 mahasiswa dimaksud dan mereka tetap bisa melanjutkan kuliah di semester III nanti, cuman akan ditambah satu semester lagi (Semester IV) untuk penganti semester II dimaksud. Kata bertanggung jawab, maksud pengelolah ini, dirinya siap mengembalikan uang mahasiswa Rp. 2,8 juta per orang 100 porsen, apabila ada mahasiswa yang menuntut uangnya dikembalikan,” terangnya via telepon seluler.
AH yang mengaku sedang berada di Mataram dalam kapastitas tugas dari dinasnya, mengaku mulai semester III nanti biar mahasiswa yang bayar secara sendiri-sendiri, dengan cara AH akan memberikan kode billingnya masing-masing, dan mulai semester tiga nanti dirinya tidak akan mengurus lagi pembayaran biaya kuliah UT Mataram Pokjar Kota Bima dan biar mahasiswanya yang bayang langsung ke rekening UT secara langsung. Pasalnya, sejak dirinya mengurus UT Pokjar Kota Bima sejak Tahun 2011 lalu belum memiliki masalah seperti ini.
NN yang didampingi mahasiswa lainnya menambahkan, pembayaran biaya kuliah untuk menempuh semester itu senilai Rp. 2,8 Juta sudah di stor pihaknya pada pengelolah AH. Untuk mahasiswa yang berdomisili di Kota Bima stornya secara chas, sedangkan bagi yang berdomisili dari Kabupaten Bima stor via nomor rekening pribadi AH. “Dari sebagian mahasiswa 17 orang ini, kadang ada yang utang uang orang lain untuk menutupi sekaligus melunasi pembayaran biaya kuliah tersebut. Tapi alhasilnya, kuliah kami tertunda selama satu semester gara-gara oknum AH belum transfer ke rekening UT Mataram,” sesalnya.
Sementara itu pengelola UT Mataram Pokjar Kota Bima AH yang berhasil dimintai komentarnya via telepon selulernya Selasa (29/09/2020) siang membantah kalau dirinya belum transfer uang pembayaran kuliah ke kampus UT Mataram, cuman saat itu dirinya sudah menyetor secara berkelompok bagi 17 orang mahasiswa itu, sesuai billing (Pembayaran tagihan secara eletronik) masing-masing via rekening Bank Mandiri, menggunakan fasilitas internet bangking, cuman saat itu ada gangguan system, sehingga dirinya tidak memiliki bukti secara fisik dan tertulis baik foto rekening koran maupun sms bangkingnya. Beda dengan yang empat orang tersebut, dirinya stor setelah kelompok 17 orang itu, dan hasilnya keempat mahasiswa bisa terbayarkan setelah pembayaran menggunakan fasilitas internet bangking pula.
“Saya siap bertanggung jawabkan atas miss komunikasi tersebut, yang jelas dirinya sudah berkoordinasi dengan pihak UT Mataram sebelumnya, untuk ke 17 mahasiswa dimaksud dan mereka tetap bisa melanjutkan kuliah di semester III nanti, cuman akan ditambah satu semester lagi (Semester IV) untuk penganti semester II dimaksud. Kata bertanggung jawab, maksud pengelolah ini, dirinya siap mengembalikan uang mahasiswa Rp. 2,8 juta per orang 100 porsen, apabila ada mahasiswa yang menuntut uangnya dikembalikan,” terangnya via telepon seluler.
AH yang mengaku sedang berada di Mataram dalam kapastitas tugas dari dinasnya, mengaku mulai semester III nanti biar mahasiswa yang bayar secara sendiri-sendiri, dengan cara AH akan memberikan kode billingnya masing-masing, dan mulai semester tiga nanti dirinya tidak akan mengurus lagi pembayaran biaya kuliah UT Mataram Pokjar Kota Bima dan biar mahasiswanya yang bayang langsung ke rekening UT secara langsung. Pasalnya, sejak dirinya mengurus UT Pokjar Kota Bima sejak Tahun 2011 lalu belum memiliki masalah seperti ini.
Kata AH, dirinya sudah melakukan pertemuan dengan 17 orang mahasiswa di SMKN 3 Kota Bima Kamis (03/09/2020) lalu, yang dihadiri hanya 7 orang saja dan dalam pertemuan tersebut dirinya sudah menyampaikan biaya kuliah belum bisa ditransfer dirinya, karena saat itu bank sedang mengalami gangguan system.
Akibat miss komunikasi ini memang diakuinya, para mahasiswa tersebut terkendala dengan penambahan waktu kuliahnya, yang seharusnya S-1 PGSD ditempuh dalam kurung waktu tiga semester dan direncanakan akan diwisuda pada Agustus – November Tahun 2021 akan datang. Sehingga dengan penambahan satu semester lagi (Semester IV, red) maka akan diwisuda Tahun 2022 mendatang, terangnya.
UT Mataram Pokjar Kota Bima saat ini memiliki mahasiswa sejumlah 70 mahasiswa, yang terbagi di kelas A sebanyak 23 orang, kelas B sebanyak 24 orang dan kelas C sebanyak 23 orang, tutupnya. (TN – 06)
Akibat miss komunikasi ini memang diakuinya, para mahasiswa tersebut terkendala dengan penambahan waktu kuliahnya, yang seharusnya S-1 PGSD ditempuh dalam kurung waktu tiga semester dan direncanakan akan diwisuda pada Agustus – November Tahun 2021 akan datang. Sehingga dengan penambahan satu semester lagi (Semester IV, red) maka akan diwisuda Tahun 2022 mendatang, terangnya.
UT Mataram Pokjar Kota Bima saat ini memiliki mahasiswa sejumlah 70 mahasiswa, yang terbagi di kelas A sebanyak 23 orang, kelas B sebanyak 24 orang dan kelas C sebanyak 23 orang, tutupnya. (TN – 06)
COMMENTS