Belum ada pihak yang mengetahui, kapan desa tradisional Sambori terbentuk. Namun menurut beberapa sumber, bahwa penduduk asli Bima berasal dari wilayah Sambori dan Donggo yang pada zaman dulu dikenal dengan sebutan Dou Donggo Ele dan Dou Donggo Di (Dou berarti Orang. Donggo nama salah satu wilayah kecamatan yang terletak di sebelah barat teluk Bima, Ele berarti timur, sedangkan di berarti Barat).
Sambori merupakan salah satu dari enam desa di lereng gunung Lambitu di sebelah tenggara kota Bima. Ada dua fersi tentang nama Sambori. Fersi pertama mengemukakan asal mula kata Sambori adalah SAMBORE (Palu), yang berarti adanya ketetapan hati dan keputusan untuk tetap tinggal di lereng Lambitu dan tidak lagi berpindah-pindah. Hal itu didasari kespekatan bersama dalam satu musyawarah sehingga jatuhlah Sambore (Palu) kesepakatan itu. Fersi kedua, Sambori berasal dari kata SAMPORI yang dalam bahasa Bima berarti melepaskan diri. Karena setelah membangun pemukiman dan menemukan cara bercocok tanam yang menetap dengan kondisi lereng Lambitu yang subur, mereka memutuskan untuk melepaskan diri dari komunitas lainnya.
Sebelum pemekaran kecamatan pada tahun 2006, Sambori dan sekitarnya masuk dalam wilayah kecamatan Wawo. Orang-orang Bima sering menyebut dengan nama Wawo Tengah. Sambori dan desa-desa di sekitarnya terletak di ketinggian 700 Meter di atas permukaan laut. Memandang Sambori dari kejauhan seperti negeri yang menggantung menyelinap dalam awan dan kabut. Dibalut keluguan dan keramahan warganya, Sambori adalah pelepas rindu akan nyanyian alam yang syahdu bersahaja. Keaslian dan keramah tamahan penduduk senantiasa menyapa anda bila berkunjung di tempat ini. (***)
Dikutip dari tulisan : Alan Malingi (Alm)
COMMENTS