Nemu tulisan seorang guru (dimedsos), begini :
Selamat pagi, Pak Prabowo, saya ingin bicara atas nama pribadi.
Kabarnya Makan Bergizi Gratis (MBG) telah merekrut 290.000 tenaga kerja. Dana yang diambil 44 porsen dari alokasi dana pendidikan bersumber dari 20 porsen APBN. Dulu kabarnya bernama MAKAN SIANG GRATIS, sekarang menjadi MAKAN BERGIZI. Saya tak mau menyebut "GRATIS" pak, karena makanan itu dari dana pendidikan yang sejatinya bisa meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan guru, maupun pemenuhan segala kebutuhan pendidikan.
Pak, dari sekian banyak tenaga kerja yang bapak angkat, kami, para guru menjadi budak dalam program ini.
Kok bisa? Ya bisa.
Kami bertugas membagikan makanan ini, mengumpulkan kembali, menghitung, dan mengembalikan rantang kepada pemasok. Kami TIDAK DIBAYAR, sementara jika ada rantang hilang kami WAJIB GANTI. Belum lagi ulah sebagian kepala daerah yang mengeluarkan pernyataan bahwa guru harus mencicipi MBG tersebut sebelum diserahkan kepasa siswa. Jadi kami guru ini dijadikan apa??? Tumbal racun?? atau tikus labor? yang nanti kalau mati tinggal buang ke tong sampah.
Mohon dengan sangat, kaji kembali program ini. Perbaiki saja ekonomi negara ini, sejahterakan masyarakat, maka makan harian anak-anak mereka akan terpenuhi, tak perlu bapak yang menyediakan. Saya khawatir nasinya, sayurnya, ikannya, nyangkut di kantong-kantong rekanan bapak. Nanti kantong mereka bau, dan beraroma tikus pula.
O iya, tambahan ya, pak. Anak-anak banyak yang tak suka makanan yang bapak suguhkan, tak bercabai, tak bersantan, tak berasa, dan kata anak-anak tak enak. Bertambah lagi kerja kami memujuk anak-anak agar mau makan dengan berbagai macam kilah dan rayu.
Terima kasih, Bapak.
Andrimar, S.Pd., M.Pd., CPS.
Guru SMPN 1 Rambah (Penulis).
(Rambah merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu Propinsi Riau)
COMMENTS