BIMA KOTA, TUPA NEWS.– Di saat perhatian publik tersita oleh gejolak politik yang memuncak dengan insiden pembakaran di kompleks Gedung DPR/MPR, para operator sekolah di seluruh Indonesia justru tengah berjuang dalam senyap melawan masalah yang tak kalah genting : sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik) yang mengalami kendala sinkronisasi.
Keresahan ini memuncak seiring mendekatnya batas waktu pemutakhiran data yang akan menentukan nasib dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), tunjangan guru, serta data krusial lainnya untuk semester mendatang. "Mata kami mungkin lelah melihat berita soal politik di Jakarta, tapi hati kami lebih risau melihat status 'gagal sinkron' yang terus muncul di layar laptop," keluh Metraman, seorang operator sekolah dasar di wilayah Tangerang Selatan, saat dihubungi pada Jumat (29/8/2025).
Metraman mengaku sudah mencoba melakukan sinkronisasi berulang kali sejak tiga hari terakhir, seringkali hingga larut malam saat trafik internet diharapkan lebih lengang. Namun, hasilnya nihil. Notifikasi galat (error) pada server atau proses validasi yang berhenti di tengah jalan menjadi pemandangan yang akrab baginya dan ribuan rekan seprofesinya.
Masalah ini bukan sekadar kendala teknis biasa.
Kegagalan melakukan sinkronisasi data Dapodik sebelum tenggat waktu yang ditentukan dapat berakibat fatal bagi keberlangsungan operasional sekolah.
"Ini pertaruhannya besar. Kalau data tidak terkirim, dana BOS bisa tidak cair. Bagaimana kami membayar gaji guru honorer dan kebutuhan sekolah?. Belum lagi data guru untuk tunjangan sertifikasi, semua bergantung pada Dapodik," jelas Abdul, salah seoranga operator di salah SD Kota Bima.
Ironisnya lagi, perjuangan para pahlawan data pendidikan ini seolah luput dari perhatian. Di saat media Nasional dipenuhi analisis politik dan liputan kerusakan gedung wakil rakyat, keluhan para operator sekolah hanya ramai di grup-grup percakapan media sosial dan forum daring.
Mereka merasa masalah yang mereka hadapi, yang secara langsung berdampak pada hajat hidup jutaan siswa dan guru, tenggelam oleh hiruk pikuk berita besar dari ibu kota. "Kami paham situasi negara sedang tidak baik-baik saja. Tapi kami mohon, jangan lupakan kami di garda terdepan pendidikan. Sistem ini adalah jantung administrasi sekolah. Jika jantungnya bermasalah, seluruh badan akan lumpuh," tambah Abdul.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, terkait kendala masif yang dilaporkan para operator. Para operator berharap ada solusi cepat, entah itu perbaikan server secara menyeluruh atau perpanjangan waktu cut-off, agar hak para siswa dan guru di seluruh Indonesia dapat tetap terjamin di tengah ketidakpastian kondisi negara. (TN - 01)
COMMENTS